Menelisik Sejarah Kerajaan Dan Nama Daerah Di Wilayah Bengkulu

oleh -430 Dilihat
oleh

Berandapublik.com – Seperti diketahui, hingga saat ini banyak nama-nama daerah yang kadang kala menjadi pertanyaan masyarakat yang mendiami wilayah tertentu di Provinsi Bengkulu. Termasuk nama kerajaan yang ada di Bengkulu, Kadangkala namanya terdengar aneh dan ada pula nama daerah lain yang menjadi sebutan masyarakat setempat.

Meski mendiami daerah tersebut, banyak yang tidak tahu asal muasal nama itu melekat hingga sekarang. Ditanyakan pada para tetuapun tak banyak yang mengetahuinya. Untuk itu, sebagai penambah pengetahuan dan  mengenal  lebih jauh, redaksi berandapublik.com mencoba menelisik nama-nama Kerajaan dan nama daerah yang mungkin dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang selama ini belum terjawab.

Bagian I

Kerajaan Sungai Serut

Dikutip dari buku sejarah Bengkulu, karangan Prof. Dr. Haji Abdullah Siddik terbitan Balai Pustaka. berdasarkan naskah melayu, di pesisir Barat Sumatera berdiri satu kerajaan kecil bernama Sungai Serut yang berkedudukan di muara sungai serut di hulu kuala sungai Bengkulu sekarang. Dulunya sungai ini cukup panjang dan lebar, memudahkan transportasi ke pedalaman dan membawa hasil hutan ke muara.

Disebutkan Raja Pertama kerajaan ini adalah Ratu Agung. Menurut kepercayaan rakyat Ratu Agung adalah dewa dari Gunung Bungkuk yang sakti. Gunung Bungkuk itu sendiri perwujudannya seperti seorang tua yang duduk dan sudah bungkuk punggungnya. Kepercayaan asal dari dewa memang hampir merata di Negara-negara timur masa itu, kalau dibandingkan sekarang sudah tidak masuk akal lagi.

Ada riwayat mengatakan Ratu Agung bersal dari Majapahit, itu lebih dapat diterima karena permulaan abad XVI bangsawan Majapahit terpencar karena jatuhnya keraaan itu dari kerajaan Demak. Tetapi menurut Abdullah Siddik, Ratu Agung berasal dari Banten. Alasannya, sejarah Banten yang memberitakan bahwa Sultan Maulana Hasanudin, Putra Sunan GunungJati menikah dengan Pangeran Ratu Nyawa putri dari Sultan Demak, mempunyai seorang putra bernama Ratu Agung. Maka diambil kesimpulan Ratu Agung bukan berasal dari Majapahit, tetapi berasal dari Banten.

Ratu Agung selain seorang Pangeran, juga sebagai pedagang yang mengumpul lada dari Sungai Serut. Dia membina satu kerajaan Sungai Serut yang mengumpul  hasil bumi dari pedalaman terutama lada, untuk kerajaan Banten.

Pendapat ini diperkuat karena yang menggatikan Sultan Hasanudin raja pertama Banten bukan putranya Ratu Agung. Ratu Agung wafat dimakamkan secara islam dan yang hadir waktu itu Bilal, Khatib dan Qadi Kadir. Dimakamkan di Bengkulu Tinggi yang sekarang dikenal dengan nama Makam Batu Manjolo.

Kerajaan Sungai Serut  diperkirakan muncul pada abad XVI, menurut sejarah Banten Sultan Hasanudin pernah melakukan perjalanan bersama Ratu Balo ke lampung, Indrapura, Selebar dan Bengkulu. Kemudian menikah dengan putri dari Sultan Indrapura dan menerima hadiah daerah pantai Barat Sumatra sejauh air Hitam ke Utara dan pengaruh Banten mulai masuk ke wilayah Pesisir Barat Sumatera dan Pesisir Bengkulu.

Rakyat Kerajaan Sungai Serut disebut Rejang Sabah, yaitu suku Rejang yang berasal dari Lebong di dataran tinggi Bukit Barisan yang menyebar ke pesisir. Karena banyak jumlahnya daripada suku Lembak yang minoritas.

Ratu Agung mempunyai 7 orang anak yaitu Raden Jili,  Monok Mincur,  Lemang Batu, Tajuk Rumpun Rindang papan, Anak Dalam Muara Bangkahulu dan Putri Gading Cempaka. Pada Masa Pemerintahan Anak Dalam, Kerajaan ini meluas sampai ke Utara sampai ke dusun-dusun di tepi air lais dan air Ketahun, sedang kearah Selatan sampai ke Lempuing.

Dalam pemerintahan Anak dalam di akhir Abad XVI, berdatangan para pedagang Aceh ke Bandar Kecil Sungai Serut dan bermukim di bukit dekat pantai, sekarang terkenal dengan sebutan Bukit Aceh untuk membeli lada dan hasil bumi lainnya.

Putra Sultan Aceh juga sebagai seorang pedagang, pernah melihat Putri Gading Cempaka yang cantik. Sehingga disampaikannya kepada Sultan Iskandar Muda. Untuk memperkuat pengaruhnya, ia setuju Putranya meminang Putri Gading Cempaka disertai satu pasukan, tapi pinangan itu ditolak Anak Dalam. Sebagai akibat dari penolakan itu, putra Sultan Aceh  meminta panglima pasukan laut memerangi Anak Dalam dan peperangan ini tidak seimbang sama sekali. Rakyat mempertahankan sungguh-sungguh daerahnya sehingga banyak memakan korban yang bergelimpangan di Sungai Serut dan mayat-mayat itu saking banyaknya sampai hanyut ke hulu sungai.

Anak Dalam melarikan diri ke pedalaman Gunung Bungkuk, kerajaan Sungai Serut musnah. Peperangan ini terjadi  sekitar tahun 1615. Sejak saat itu Sungai Serut berubah nama menjadi Sungai Bengkulu. Kata Bengkulu atau Bangkahulu berasal dari kata-kata Bangkai hanyut ke hulu, bukan seperti sering didengar berasal dari kata Bangka (Pinang-red) hanyut dari hulu.

Dari sejarah Banten,  pada permulaan abad XVII Pantai Selatan Sumatra sampai air Urai dibawah pengaruh kerajaan Banten. Setiap tahun mengirimkan utusannya ke Selebar untuk mengumpul dan membeli lada. Utusan ini dikenal dengan sebutan Jenang, yang bertugas mengendalikan pertikaian yang timbul, hadir sebagai penengah. Jika diperlukan mengangkat kepala dusun yang disebut Proatin.(mag)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *