Bagian 2
Kerajaan Selebar
Berandapublik.com – Pada bagian 2 ini kami akan menulis tentang Kerajaan Selebar. Selain kerajaan Sungai Serut, pada abad XVI bediri salah satu kerajaan kecil yang awalnya bernama Jenggalo. Kerajaan ini berada di sebelah selatan Kerajaan Sungai Serut. Menurut riwayat, kerajaan Selebar berasal dari kerajaan Jenggalo.
Kerajaan ini didirikan oleh seorang rakyat yang pemberani dan bijaksana. Namun nama pendiri kerajaan ini tidak disebutkan namanya. Dengan kemampuan dan keberaniannya, memperluas kerajaan ke daerah-daerah sekelilingnya.
Sekarang wilayah itu disebut dengan Jenggalu. Kata Jenggalu awalnya adalah Jenggalo, yang bila diurai terdiri dari dua kata yaitu Jenggal dalam arti menguasai dan segalo dalam arti semuanya. Sehingga diartikan Jenggalo adalah menguasai segalo atau menguasai semuanya.
Ada riwayat mengatakan Kerajaan Selebar dibina oleh Rangga Janu, seorang berasal dari Kerajaan Majapahit yang runtuh ditaklukkan oleh Pati Unus dari Demak terjadi antara tahun 1518-1521, sehingga beberapa bangsawan Majapahit yang jadi pedagang menuju Bengkulu. Pada masa inilah diperkirakan Rangga Janu dan adiknya Rangga Beru ke Bia Paku, salah satu bagian dari kerajaan Jenggalo dan bermukim disana. Setelah itu menyusul adiknya lagi yang bernama Rio atau Ario Bina yang pandai memikat hati raja, sehingga Ario Bina dijadikan kepala daerah Bia Paku dan diberi Gelar Rio Kajang Sebidang.
Setelah Raja Jenggalo wafat, rakyat memilih Rangga Janu sebagai ganti raja, karena tindak tanduknya yang bijaksana. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1565. Rangga Janulah yang memindahkan kedudukan pemerintahannya ke Bandar Selebar yang letaknya lebih strategis dan menguntungkan niaga di Teluk Selebar yang aman dari gelombang ganas samudra Hindia. Dengan demikian mulailah terkenal kerajaan Selebar dengan rajanya Rangga Janu yang bergelar Depati Payung Negara, memerintah tahun 1565-1638
Dari perjalanan Sultan Hasanudin Banten ke Lampung, Indrapura dan ke Selebar, ketika itu Selebar meliputi dusun-dusun yang terbentang dari sungai Lempuing sampai ke sungai Ngalam, rakyat yang mendiami daerah ini masa itu berasal dari Serawai dan Lembak, mereka berkebun Lada. Gelar Pangeran untuk kepala Hukum Adad di wilayah diberi Raja Selebar.Seperti Adipati Kemang Agung untuk wilayah Seluma, dinaikkan tingkatnya sebagai Pangeran Alas Kongkai dan Angallam.
Bandar Kecil Selebar merupakan tempat perdagangan lada yang bermutu baik di daerah Bengkulu. Sungai selebar dulunya cukup panjang dan lebar, memudahkan rakit dan sampan untuk keluar masuk ke pedalaman. Juga di Selebar itu terdapat Keramat Reak merupakan pemakaman para raja Selebar yang memakai nama Rio atau Ario.
Banten Ketika itu menjadi Bandar dagang internasinal, sekitar tahun 1545 berkembang pesat dan tempat persinggahan para pedagang Eropa, Asia dan Nusantara. Karena itu harus mempunyai persediaan lada yang banyak. Karena lada merupakan komoditi perdagangan utama, maka Sultan Hasanudin pernah melakukan kunjungan ke Selebar, karena ladanya. Dalam masa pemerintahannyalah Kerajaan Selebar dimasukkan ke dalam pengaruh Banten dan turut berkembang pesat.
Tahun 1620 Pantai Selatan Barat Sumatera sampai ke perbatasan kerajaan Indrapura betul-betul dibawah pengharuh Sultan Banten. Setiap tahun mengirimkan Jenang, bukan hanya untuk mengumpulkan lada, tetapi menyelesaikan perselisihan yang timbul.
Awal abad XVII berdatanganlah para pedagang mancanegara ke Indonesia, yaitu Portugis, Belanda, Inggris, Denmark dan Perancis yang bersaing dalam pelayaran dan perniagaan sesama bangsa Eropa. Atas anjuran Raja Muda Prins Maurits dan Johan Van Oldenbarneveld didirikanlah “ Vereedigde Oost Indishe Compagnie “ (VOC) yang merupakan serikat dagang Belanda yang diberi hak politis dan Militer oleh Belanda. Mengadakan perjanjian dagang dengan para raja di Asia untuk mendapatkan monopoli dagang, membangun Benteng, membentuk pasukan yang dipersenjatai untuk mengamankan perdagangannya dan mengeluarkan mata uang. Sedangkan Inggris, untuk mengalahkan para pesaing untuk monopoli dagang di Nusantara, dengan membentuk serikat dagang inggris “ East India Company” (EIC) tahun 1600.
Pada tahun 1616, VOC mengirim kapal layar dagangnya Enckhiysen ke Indrapura untuk membeli lada. Tetapi mereka disuruh membeli lada di Selebar saja. Belanda tidak berhasil membeli lada di Selebar, karena sikapnya tidak bersahabat pedagang Selebar terhadap VOC. Pada tahun1624 VOC bersahabat dengan Banten dan sudah berulang-ulang kali berkunjung ke Selebar untuk berdagang lada. Bahkan tahun1660 VOC mengadakan perjanian kerja sama dengan Raja Selebar masa itu dipimpin Raja Depati Bangsa Radin (1638-1710). Sebagaian besar lada yang diperdagangkan di Banten kepada bangsa Eropa berasal dari Selebar.
Tahun 1668 Depati Bangsa Radin, Putra Depati Payung Negara berkujung ke Banten menghadap Sultan Agung Tirtayasa/Sultan Abdullah Abdulfatah yang memerintah sejak tahun 1651-1682. Ia mendapat Surat yang ditulis di atas Loyang diakui sebagai raja Keraaan Selebar bergelar Pangeran Nata Di Raja atau sekarang dikenal dengan Pangeran Natadirja.
Kebanyakan kapal-kapal layar Pribumi yang singgah berdagang memasuki Teluk Selebar, merupakan tempat berlabuh yang aman dalam menghadapi angin badai dan keadaan cuaca kala itu. Dari Bandar selebar para Pedagang Nusantara lebih suka menggunakan angkutan jalan darat seperti Gerobak, Pedati dan perahu yang menelusuri pantai. Sejak Saat itu populerlah nama angkutan Gerobak dan Pedati.(mag)